2 piring Siomay
Ibu lahap memakan telor menghadap terbalik dari lautan
Aku mencampurkan 2 lumpia dengan saus kacang menghadap lautan
Kami mengeluarkan pembuat sesak lewat cerita
Kita kemudian menghadap lautan berdua
Ibu mengamati kapal nan jauh di tengah laut
Aku damai mengamati daun-daun muda yang baru muncul di ranting-ranting pohon
Langit biru, awan putih berjalan pelan, angin semriwing, sepi, memasukan kaki ke dalam pasir tanpa sandal
Ibu bercerita tentang kehidupan, pengalaman saat umur sekian, peristiwa nyata, pertemanan, persaudaraan, kebaikan, kasih sayang, berbagai masalah yang didiskusikan untuk dicari jalan keluarnya
Aku damai sekali berdua bersama Ibu
Benteng Pendem sejarah yang terkubur
Penjara yang hanya muat buat bayi
Terowongan yang menembus laut
Ibuku tertawa bermain ayunan
Akupun ikut bermain ayunan, malahan aku lebih heboh
Duduk menikmati lumpia yang masih tersisa
Ibu bercerita tentang struktur urutan silsilah keluarga, dari aku, tetangga yang ternyata ada hubungan sedulur, serta beberapa bagian misteri yang hampir akan diceritakan tapi tertahan hati
Aku mendengarkan penuh penerimaan
Ada budaya yang berbeda dikehidupan masa itu
Seharian bersama Ibu
Sederhana namun mengkristal selamanya
Selalu di hati
Menjadi memori abadi
Tak terbayar oleh apapun
Suatu saat aku ingin mengulanginya lagi bersama Ibu, berdua, bercerita, bermain ayunan
Ibu lahap memakan telor menghadap terbalik dari lautan
Aku mencampurkan 2 lumpia dengan saus kacang menghadap lautan
Kami mengeluarkan pembuat sesak lewat cerita
Kita kemudian menghadap lautan berdua
Ibu mengamati kapal nan jauh di tengah laut
Aku damai mengamati daun-daun muda yang baru muncul di ranting-ranting pohon
Langit biru, awan putih berjalan pelan, angin semriwing, sepi, memasukan kaki ke dalam pasir tanpa sandal
Ibu bercerita tentang kehidupan, pengalaman saat umur sekian, peristiwa nyata, pertemanan, persaudaraan, kebaikan, kasih sayang, berbagai masalah yang didiskusikan untuk dicari jalan keluarnya
Aku damai sekali berdua bersama Ibu
Benteng Pendem sejarah yang terkubur
Penjara yang hanya muat buat bayi
Terowongan yang menembus laut
Ibuku tertawa bermain ayunan
Akupun ikut bermain ayunan, malahan aku lebih heboh
Duduk menikmati lumpia yang masih tersisa
Ibu bercerita tentang struktur urutan silsilah keluarga, dari aku, tetangga yang ternyata ada hubungan sedulur, serta beberapa bagian misteri yang hampir akan diceritakan tapi tertahan hati
Aku mendengarkan penuh penerimaan
Ada budaya yang berbeda dikehidupan masa itu
Seharian bersama Ibu
Sederhana namun mengkristal selamanya
Selalu di hati
Menjadi memori abadi
Tak terbayar oleh apapun
Suatu saat aku ingin mengulanginya lagi bersama Ibu, berdua, bercerita, bermain ayunan
No comments:
Post a Comment